Mengenal Lukis Kamasan Bali yang Sempat Diajukan ke UNESCO
Bali, pulau surgawi di tengah samudra Hindia, bukan hanya dikenal karena keindahan alamnya yang memukau, tetapi juga sebagai penjaga warisan budaya yang kaya dan terjaga dengan cermat. Di antara gemerlapnya tarian, ritual, dan upacara adat, salah satu peninggalan seni yang menakjubkan adalah seni lukis klasik wayang kamasan.
Desa Kamasan, yang terletak di Kabupaten Klungkung, Bali, menjadi panggung bagi seni lukis ini untuk memancarkan pesonanya. Setiap sapuan kuas di atas kanvas menjadi bagian dari kisah panjang yang merunut ke belakang, mengaitkan masa kini dengan jejak leluhur kerajaan Bali zaman dahulu. Desa ini bukan hanya sekadar lokasi, tetapi sebuah kehidupan yang dipersembahkan untuk memelihara dan menghidupkan kembali seni lukis klasik wayang kamasan.
Eksplorasi Warisan Budaya Bali
Seni lukis wayang kamasan bukan hanya seni biasa; ia adalah ekspresi budaya yang hidup. Kabarnya, keelokan seni ini pernah diusulkan sebagai kandidat Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. Langkah ini merupakan pengakuan atas nilai seni dan sejarah yang terkandung di setiap goresan kuas. Sebuah upaya untuk memasukkan seni ini ke dalam Intangible Cultural Heritage (ICH) oleh UNESCO, menggambarkan keinginan untuk melestarikan dan membagikan kekayaan budaya Bali dengan dunia.
Dalam setiap warna, motif, dan detil, seni lukis wayang kamasan menghadirkan lembaran cerita yang menghubungkan masa lalu dan masa kini. Menelusuri keindahan setiap lukisan, kita tak hanya melihat gambar, tetapi juga merasakan nafas sejarah yang terhembus dari tiap sentuhan seniman.
Jendela Menuju Dunia Wayang Kamasan
Mari kita mengajak diri kita untuk membuka jendela ke dalam dunia yang indah dan penuh makna ini. Seni lukis klasik wayang kamasan bukan hanya sebuah lukisan, melainkan pembuka tirai menuju kehidupan dan warisan budaya Bali. Dengan setiap goresan, kita dapat meresapi kejayaan zaman dulu yang tetap hidup dalam warna-warni kanvas, dan sekaligus merenungkan betapa berharganya pelestarian budaya dalam perjalanan waktu.
Merajut Sejarah dari Dalem Waturenggong hingga Warisan Budaya Tak Benda
Sejak abad ke-14, pulau dewata, Bali, telah menjadi tempat berkembangnya seni dan budaya yang luar biasa. Namun, kehadiran seni lukis klasik wayang kamasan mencapai puncak pesatnya pada pertengahan abad ke-16, ketika Dalem Waturenggong memerintah Kerajaan Gelgel.
Dalem Waturenggong, seorang penguasa yang memahami pentingnya seni dan kebudayaan dalam suatu masyarakat, menciptakan fondasi yang kuat bagi perkembangan seni di Bali. Ia mendirikan pusat seni, budaya, pendidikan, dan keagamaan di Desa Kamasan, menjadikannya sebagai jantung keberlangsungan seni lukis klasik wayang kamasan.
Lukisan Wayang Kamasan
Seni lukis wayang kamasan menjadi saksi bisu dari kreativitas rakyat Gelgel yang berkembang turun temurun. Lukisan ini menjadi narasi visual dari kisah-kisah klasik yang bersumber dari Kitab Sutasoma, seperti Mahabharata, Ramayana, cerita Tantri, dan legenda lainnya.
Setiap lukisan mencapai panjang beberapa meter, memberikan ruang bagi seniman untuk merinci alur cerita dengan tokoh-tokoh yang berbeda. Ciri khas wayang kamasan terletak pada kemampuannya menyampaikan cerita dengan harmoni antara bentuk ukiran dan isi cerita, menciptakan suatu keselarasan yang memukau.
Proses Pembuatan yang Unik dan Berharga
Proses pembuatan lukisan wayang kamasan menunjukkan dedikasi tinggi terhadap seni dan keberlanjutan tradisi. Pewarna alami digunakan pada kain kasar yang sebelumnya dicelup ke dalam bubuk bubur beras dan dikeringkan. Setelah kering, kain tersebut digosok agar permukaannya rata, siap untuk dihiasi dengan goresan pensil dan kuas.
Warna kuning kecoklatan, ciri khas wayang kamasan, dihasilkan dari batu pere atau batu gamping. Sedangkan, warna hitam berasal dari jelaga lampu minyak, dan warna putih diperoleh dari bubuk tulang babi atau tanduk rusa yang dihancurkan. Proses ini memancarkan keunikan dan kekayaan seni Bali yang tak ternilai.
Warisan Budaya Tak Benda
Karena keunikan dan keberhargaannya, Lukisan Wayang Kamasan diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh pemerintah Kabupaten Klungkung. Pengakuan ini menjadi langkah awal untuk memastikan keberlanjutan dan pelestarian seni ini.
Pada tahun 2013, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia menyetujui pengajuan ini. Bahkan, seni ini menjadi salah satu kandidat potensial untuk diajukan ke Intangible Cultural Heritage (ICH) UNESCO pada tahun 2022.
Masa Depan Desa Kamasan
Upaya untuk menjadikan Desa Kamasan sebagai pusat seni dan budaya di Kabupaten Klungkung terus mendapatkan dukungan. Pelatihan seni lukis wayang kamasan diberikan kepada anak-anak desa sejak dini, memastikan keberlanjutan dan regenerasi seniman-seniman masa depan.
Dengan menggandeng pemerintah, Desa Kamasan dapat menjadi sarana yang optimal untuk mengembangkan dan menghargai potensi seni dan budaya Bali. Dukungan terus-menerus ini menjadi kunci untuk menjaga keberlanjutan seni lukis klasik wayang kamasan sebagai warisan budaya yang tak ternilai di pulau dewata, Bali.