Pengenalan Suku Paling Tua di Bali: Bali Aga
Pulau Bali begitu mempesona dengan keberagaman suku yang menghuni setiap jengkal wilayahnya sehingga menciptakan mozaik budaya yang kaya dan menakjubkan. Keberagaman suku yang hadir di Bali mempunyai sejarah awal yang begitu menarik untuk terus ditelusuri lebih lanjut. Salah satu suku yang menarik perhatian untuk ditelusuri sejarah awalnya adalah suku Bali Aga yang merupakan suku paling tua di Bali.
Mari telusuri lebih lanjut suku Bali Aga yang mendiami wilayah Bali ini sehingga menghadirkan penjelajahan dengan kisah yang penuh dengan nuansa budaya yang kaya, menyingkap kisah-kisah yang memancarkan pesona dan kearifan luhur dari masyarakat tertua di Pulau Dewata!
Mengenal Lebih Dekat Jejak Sejarah Suku Bali Aga
Bali Aga merupakan masyarakat yang lebih awal datang ke Bali dan mendiami pegunungan Bali. Sehingga tak heran jika Bali Aga disebut dengan Bali Mula atau Bali Pegunungan karena kehadiran dan tempat tinggal yang mereka tempati. Hal inilah yang menjadikan Bali Aga sebagai suku yang paling Tua di Bali.
Bali Aga memiliki perpaduan Bali Mula dengan Wong Aga yang berada di Jawa Timur dengan tradisi yang masih asli tanpa adanya pengaruh dari zaman Majapahit. Bali Aga memiliki tradisi yang sangat begitu kental dan terjaga hingga saat ini, Selain itu, tradisi yang dijalankan oleh Bali Aga jauh berbeda dengan tradisi Bali pada umumnya.
Pada awalnya, Suku Bali Aga hidup tanpa mengenal konsep agama, mengabdikan diri kepada leluhur yang mereka sebut sebagai "Hyang". Namun, perubahan besar terjadi ketika Resi Markandya, seorang tokoh spiritual dari India, membawa ajaran Hindu ke tanah Bali. Markandya melaksanakan upacara penting dengan menanam lima unsur logam, dikenal sebagai Panca Datu, sebagai bentuk tolak bala. Lokasi upacara tersebut akhirnya berkembang menjadi Pura Besakih, tempat ibadah Hindu terbesar di Bali yang terletak di wilayah timur, Kurangasem. Kisah ini merinci transformasi spiritual yang memperkaya warisan budaya Bali Aga dan menciptakan landmark sakral yang mengagumkan.
Konsep Tri Hita Karana begitu sangat dipegang teguh dan diwujudkan oleh Bali Aga itu sendiri. Tri Hita Karana ini memiliki makna akan keseimbangan dan keharmonisan dalam menjalankan kehidupan di dunia ini antara Tuhan, manusia dan lingkungannya.
Beberapa desa-desa di pegunungan Bali yang memiliki tradisi dan kebudayaan Bali Aga diantaranya adalah desa Trunyan, Tenganan Pagringsingan, Sukawana, Selulung, Bayung Gede, Manikliu, Sembiran, Julah, Cempaga, Sidatapa, Pedawa, Tigawasa, dan lain-lainnya.
Keberadaan Bali Aga yang tinggal di Pegunungan dan memegang teguh budaya dan tradisi yang dianut, maka Bali Aga jauh dari peradaban dan perkembangan zaman. Hal inilah yang seringkali membawa stigma negatif untuk Bali Aga yang terisolasi. Meski demikian, masyarakat Bali Aga menunjukkan keteguhan hati dalam menjaga identitasnya, memadukan kearifan lokal dengan kebutuhan zaman.
Budaya dan Adat Istiadat Bali Aga
Bali Aga memang terkenal dengan kentalnya tradisi dan budaya yang mereka anut sepanjang sejarah kehidupannya. Keberagaman inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi warga lokal maupun internasional untuk mengulik lebih jauh mengenai Bali Aga.
Seluruh aspek kehidupan Bali Aga dipengaruhi oleh agama hindu yang datang dari India dengan budha yang menjadi kepercayaan Bali Aga. Namun, Bali Aga menjalankan kehidupannya dominan akan Hindu mulai dari upacara keagamaan, kehidupan sosial, bahkan dewa yadnya yang masih kental akan keasliaanya.
Salah satu tradisi yang bisa kamu lihat dan saksikan adalah Udaba Sambah yang diadakan selama bulan Juni atau Juli. Tradisi ini merupakan persembahan sakral yang memukau dari upacara keagamaan. Mulai dari tata cara pemujaan hingga penataan altar yang teliti, setiap elemen mengandung makna filosofis yang mengaitkan manusia dengan alam dan leluhur mereka. Tradisi ini bisa kamu saksikan di Desa Tenganan yang menjadi komoitas utama Bali Aga, dimana masyarakatnya lebih terbuka dan ramah dengan para wisatawan.
Selain itu, keunikan Suku Bali Aga muncul sebagai daya tarik yang luar biasa, meskipun mereka terpencil di pegunungan Bali. Salah satu ciri khas menariknya terletak pada dialek unik yang menjadi bahasa pengantar mereka. Yang lebih menarik lagi, setiap komunitas Bali Aga memiliki dialeknya sendiri, sehingga Bahasa Bali yang digunakan di satu komunitas tidak dapat ditemukan persamaannya di komunitas Bali Aga lainnya. Keberagaman bahasa ini menjadi bukti otentisitas dan kekayaan budaya yang terpelihara di dalam jantung pegunungan Bali.
Daya tarik yang paling mencuri perhatian bagi para wisatawan adalah tradisi pemakaman yang disebut Mepasah di kalangan Suku Bali Aga. Proses pemakaman melibatkan penempatan jasad di atas tanah dan di bawah pohon menyan. Yang unik, pohon menyan ini tumbuh subur dengan baik di tanah khas Bali Aga. Tradisi ini menciptakan pengalaman yang unik dan menyeluruh bagi para pengunjung yang ingin merasakan kekayaan budaya dan spiritualitas yang hidup di dalam Suku Bali Aga.
Suku Bali Aga, sebagai penjaga tradisi tertua di Bali, tetap menjadi bagian hidup dari warisan budaya pulau ini. Melalui ketekunan mereka dalam melestarikan warisan nenek moyang, Suku Bali Aga mengajarkan kita bahwa sejarah yang hidup dapat menjadi sumber inspirasi, memancarkan keindahan dan kebijaksanaan zaman yang telah berlalu.Top of Form