Notifikasi

Loading…

Mengenal Sejarah dan Makna Tenun Ikat Bali

Kain tenun Bali merupakan satu di antara yang telah terkenal di seluruh dunia. Peminatnya bukan hanya dari Tanah Air saja, melainkan juga para turis mancanegara yang melancong ke Bali. Lalu, bagaimana sejarah tenun ikat Bali?

Apa Itu Tenun Ikat?

Masyarakat Bali biasa menyebutnya dengan kain endek, salah satu kain tenun khas masyarakat setempat. Ini merupakan salah satu jenis kain tenun khas Bali yang menjadi favorit hingga saat ini.

Dasarnya yang kuat serta motifnya yang beragam membuat kain ini menjadi primadona bagi para pelancong. Selain itu, motif dengan warna beragam dan harganya yang terjangkau juga mendorong wisatawan membelinya sebagai cinderamata.

Tenun ikat Bali kini telah menjadi industri kerajinan tangan yang berkembang pesat di kalangan masyarakat. Apa lagi, proses pembuatannya yang menggunakan tenaga manusia tanpa bantuan mesin juga mendorong peningkatan ekonomi masyarakat setempat.

Sejarah Tenun Ikat Bali

Kain tenun Bali

Sejak awal kehadirannya, kain ini selalu terjaga keaslian tenunannya, bahkan hingga sekarang. Bagaimana prosesnya? Berikut sejarah singkat tenun ikat Bali.

Awal Berkembang

Kain Endek atau tenun ikat ini mulai berkembang sejak tahun 1975. Saat itu masih masa pemerintahan Raja Dalem Waturenggong di Gelgel Klungkung. Awalnya, kain ikat ini berkembang di sekitar daerah Klungkung, salah satunya di Desa Sulang, sampai akhirnya meluas ke sebagian besar wilayah Bali.

Sekitar tahun 1985-1995, kain endek semakin berkembang pesat karena adanya dukungan pemerintah. Sejak awal, pembuatan kain tenun ikat ini menggunakan alat tenun tradisional. Bahkan di era sekarang, masyarakat setempat masih menjaga keaslian produk ini dengan menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM).

Alami Penurunan

Meski memiliki kualitas terjaga, bukan berarti perkembangan kain tenun Bali ini tidak mengalami pasang-surut. Awal 2000-an, kain endek sempat mengalami penurunan. Penurunan produksi kain endek tersebut karena bahan baku yang sulit masyarakat temukan. Selain itu, banyaknya persaingan juga membuat peminat kain tenun Bali ini sempat menurun.

Pasang surut produksi  kain tenun ini sempat terjadi kisaran tahun 2008 hingga 2010 lalu. Para penenun mengeluh karena harga benang dan bahan dasar pembuatan  kain endek  yang mahal saat itu. Dampaknya, mereka tidak dapat memproduksi kain endek yang sesuai dengan permintaan pasar.

Kondisi itu juga membuat para penenun menaikkan harga produk, sehingga permintaan pasar menurun. Namun belakangan, terutama dengan banyaknya masyarakat yang sadar mengenai seni pembuatan tenun, peminat kain ini kembali meningkat.

Kembali Berkembang

Pemerintah, yang melihat kondisi ini, berupaya untuk menjaga agar kualitas bersamaan dengan permintaan kain endek ini tetap terjaga. Alhasil, ada beberapa langkah yang menjadi terobosan untuk mendongkrak kain tenun Bali ini.

Di antara yang pemerintah lakukan saat itu adalah mengikutsertakan pengrajin dalam pameran seni budaya daerah maupun nasional. Bukan itu saja, pemerintah saat itu juga mengimbau para desainer tanah air agar menggunakan kain endek sebagai salah satu bahan dalam busana rancangannya.

Upaya mendongkrak kainendek itu tidak terputus sampai di sana. Para pengrajin pun mendapatkan pelatihan, agar semakin kreatif untuk mengolah kain endek. Hasilnya, kain endek tidak hanya hadir sebagai pakaian, melainkan juga sebagai produk industri lain. Misalnya saja, tas dari kain endek, sepatu, souvenir, dan produk kerajinan tangan lainnya.

Pada akhirnya, permintaan kain tenun Bali ini kembali meningkat pada 2011 lalu. Murahnya bahan baku, serta dorongan untuk menggunakan kain tenun khas Bali ini menjadi pendorongnya. Selain itu, bahan endek ini juga digunakan untuk pembuatan seragam, mulai dari instansi hingga sekolah. Apa lagi, para pengrajin sudah semakin kreatif dalam menciptakan produk kain endek ini.

Bahkan, untuk melestarikan kain ini, di Bali juga sudah ada Duta Endek. Pemilihan itu bertujuan untuk memperkenalkan dan melestarikan kain tenun ikat Bali yang penuh sejarah ini.

Kain-kain Tenun Khas Bali

Ada beberapa kain tenun khas Bali yang memiliki nilai seni dan sejarah. Berikut beberapa di antaranya:

1. Kain Endek

Kain tenun ikat Bali ini telah berkembang pesar dengan banyak pilihan motif dan warna. Endek juga telah dipakai untuk membuat seragam instansi pemerintah hingga sekolah.

2. Kain Songket

Memang, dari harga jual, kain songket Bali memiliki angka yang relatif tinggi. Maka tidak heran jika kain ini hanya diperuntukkan saat upacara-upacara besar, seperti pernikahan, potong gigi, dan upacara sakral lainnya.

3. Kain Gringsing

Jenis kain tenun ikat Bali ini juga memiliki nilai seni dan sejarah yang cukup tenar. Bahkan, konon pewarna kain gringsing terbuat dari darah manusia. Meski demikian, belum ada yang berani memastikan bahwa cerita turun-temurun tentang kain gringsing itu benar adanya.

4. Kain Cepuk

Kain tenun cepuk ini bisa Anda temui di Pulau Nusa Penida. Prosesnya mirip dengan kain endek. Umumnya, kain ini berwarna gelap – biasanya hitam – sesuai fungsinya sebagai kain penutup peti jenazah dan kostum tokoh-tokoh jahat dalam cerita pewayangan Hindu di Bali.

5. Kain Kling

Kain ini umumnya berwarna kuning dan beberapa motif kotak kecil, namun memiliki nilai kesakralan yang tinggi. Konon juga punya kekuatan magis. Apa lagi, kain ini juga hanya berfungsi untuk acara keagamaan tertentu di Bali, seperti potong gigi.

6. Kain Gedogan

Gedogan juga menjadi salah satu kain tenun ikat Bali yang memiliki sejarah dan nilai tradisi yang tinggi. Para penenun menggerakkan alat dengan tangan, merapatkan setiap helai benang dengan kayu sisir hingga menampakkan motif berwarna-warni.

Itulah sejarah dan penjelasan kain tenun ikat Bali yang memiliki nilai kesakralan yang tinggi. Sebagian kain tersebut bisa Anda dapatkan sebagai cinderamata, namun ada juga yang punya fungsi tertentu.

Post a Comment