Notifikasi

Loading…

Tradisi Nyakan Diwang, Masak di Luar Rumah di Bali

Selain memiiki wisata alam yang indah, Bali juga memiliki tempat rekreasi budaya, tak terkecuali tradisi. Salah satu tradisi unik yang ada di Bali adalah Tradisi Nyakan Diwang atau masak di luar rumah. Tradisi ini pun acap memikat wisatawan dalam negeri maupu mancanegara untuk singgah, melihat, dan turut serta.

Artikel di bawah ini akan menjelaskan mengenai tradisi yang hingga kini masih tetap lestari di Bali. Simaklah sampai selesai.

Tradisi Nyakan Diwang di Buleleng

Tradisi Nyakan Diwang

Saat berkunjung ke desa-desa di Bali, Anda akan menemukan lingkungan asri, udara sejuk, hingga aktivitas masyarakat yang masih tradisional. Salah satu yang masih lestari hingga kini adalah Nyakan Diwang yang merupakan warisan leluhur.

Tradisi Nyakan Diwang merupakan salah satu tradisi unik oleh sejumlah masyarakat di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali. Wilayah itu masuk kawasan pariwisata Bali Utara yang terdiri dari beberapa desa wisata.

Sesuai namanya, Nyakan Diwang berarti memasak di luar. Masyarakat sekitar masak di luar pekarangan rumah mereka secara serentak di beberapa desa. Tak hanya satu desa, beberapa desa di kecamatan Banjar melangsungkan tradisi ini. Di antaranya Desa Banjar, Desa Banyusri, Desa Dencarik, Desa Kayu Putih, Desa Banyuatis, dan beberapa desa lainnya.

Tradisi Nyakan Diwang di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, ini berhubungan dengan perayaan Hari Raya Nyepi oleh masyarakat setempat. Tradisi ini berlangsung, terutama saat perayaan Ngembak Geni, karena Nyakan Diwang berlangsung saat Ngembak Geni  atau sehari setelah Nyepi.

Selain Nyakan Diwang, ada beberapa tradisi lain yang berlangsung sehari setelah Nyepi. Di antaranya ada Tradisi Mebuug-buugan di Kedonganan, Omed-omedan di Denpasar, dan Nyakan Diwang itu sendiri di Buleleng. Ketiga tradisi pasca-Nyepi tersebut sebenarnya memiliki mempunyai tujuan yang sama. Tujuannya, untuk mengucapkan rasa syukur mereka dengan cara dan keyakinan yang berbeda-beda setelah Hari Raya Nyepi.

Pelaksanaan Tradisi Nyakan Diwang

Desa Banjar merupakan salah satu tempat berlangsungnya Nyakan Diwang atau memasak di luar rumah. Kegiatan ini  melibatkan para penduduk Desa Banjar, mulai dari anak- anak bahkan hingga lansia. Lalu, kapan Nyakan Diwang berlangsung?

Tradisi Nyakan Diwang jatuh tepat sehari setelah perayaan Hari Raya Nyepi. Memang, tradisi ini tidak terikat oleh sanksi adat, sehingga tak menjadi masalah jika tidak ikut serta dalam pelaksanaanya. Namun demikian, penduduk Desa Banjar tetap antusias dan sangat senang merayakan Nyakan Diwang. Hal itu mengingat tradisi masak di luar rumah ini begitu istimewa bagi mereka.

Seperti pada umumnya, perayaan Ngembak Gni boleh berlangsung tepat setelah pukul 06.00 pagi. Hal itu karena, sebelumnya semua aktivitas warga terhenti sementara ketika Hari Raya Nyepi. Termasuk juga tidak ada kendaraan yang melintas di jalanan, kecuali dalam keadaan gawat darurat.

Perayaan dalam Nyepi tersebut berkaitan dengan catur brata. Dalam hal ini Nyapi meliputi tidak boleh bekerja, tidak boleh bepergian, tidak boleh menyalakan api, dan tidak boleh bersenang-senang.

Namun berbeda dengan masyarakat yang merayakan Nyepi pada umumnya, ada keistimewaan bagi yang merayakan Tradisi Nyakan Diwang. Khusus untuk warga desa yang merayakan Nyakan Diwang, mereka mulai berbuka dan boleh merayakan tradisi tersebut mulai pukul 03.00 dini hari.

Nyakan Diwang sendiri sebenarnya mulai berlangsung saat masih gelap. Masyarakat mulai masak di luar sejak pukul 03.00 dini hari sampai 07.00 pagi. Setelahnya, mereka akan bertaktivitas seperti biasa dalam rangkaian Ngembak Gni.

Mengkuti Tradisi Nyakan Diwang

Menyaksikan atau mengikuti Tradisi Nyakan Diwang tidak akan sama dengan tradisi-tradisi di Bali pada umumnya. Selain karena masih begitu gelap saat tradisi mulai, Anda juga belum bisa bepergian di jam segitu.

Ngembak Gni sendiri baru mulai sekitar pukul 06.00, karena  sebelumnya masih berlangsung Hari Raya Nyepi. Maka tidak heran jika tidak boleh ada orang, apa lagi ada kendaraan yang melintas di jalanan.

Untuk itu, tradisi ini sangat jarang dapat dinikmati atau diikuti para wisatawan lokal maupun asing. Maka tidak heran jika tradisi ini tidak sepopuler tradisi lain yang berlangsung pada rangkaian Hari Raya Nyepi atau Ngembak Gni.

Meski demikian, Anda tetap bisa mengikuti Nyakan Diwang jika ikut bermalam di rumah warga desa setempat sekaligus merasakan Perayaan Nyepi di sana. Saat tradisi Nyakan Diwang berlangsung, maka sepanjang jalan desa akan padat penduduk.

Area depan pintu masuk setiap rumah akan jadi tempat untuk proses masak-memasak. Mereka yang tidak ikut memasak akan membuka tikar dan menyapa tetangga sekitar. Pada pagi harinya, mereka akan kembali beraktivitas seperti biasa.

Demikianlah penjelasan mengenai Tradisi Nyakan Diwang yang berlangsung di Buleleng. Jika Anda ingin mengikutinya, pastikan Anda telah menginap di rumah warga sebelum Hari Raya Nyepi.

Post a Comment