Tradisi Mepeed di Sukawati yang Masih Eksis Hingga Sekarang
Bali tak hanya sekedar indah dipandang, tetapi juga Bali memiliki banyak tradisi unik yang sayang untuk dilewatkan. Salah satu tradisi unik yang masih eksis hingga sekarang adalah tradisi Mepeed di Sukmawati. Sukmawati merupakan sebuah desa terkenal bagi wisatawan karena memiliki pusat perbelanjaan oleh-oleh yang sangat beragam.
Desa Sukmawati sendiri berada di wilayah kecamatan Sukmawati, Kabupaten Gianyar, Bali. Desa Sukmawati merupakan lokasi digelarnya tradisi Mepeed setiap tahun yang masih bertahan dengan baik hingga saat ini di Bali.
Sejarah Tradisi Mepeed di Sukmawati
Tradisi Mepeed diambil dari kata peed yang artinya (seperti pardade atau parade). Tradisi unik ini sudah ada sejak tahun 1711 dengan tujuan sebagai bentuk rasa syukur umat Hindu Bali kepada Tuhan. Hingga saat ini tradisi Mepeed masih rutin digelar setiap enam bulan sekali menggunakan hitungan enam bulan kalender Bali.
Mepeed adalah sebuah parade lokal masyarakat Bali dengan iringan marching dan gong khas Bali. Tradisi ini dijalankan oleh masyarakat Balisecara beriringan dalam satu baris panjang hingga ke belakang. Dalam setiap barisan ini terdapat banten upakara (sesajian), susunan buah-buahan yang disusun menjulang tinggi hingga membentu Gebogan, bunga, dan anek kue yang diatat dalam sebuah nampan dulang. Masing-masing disusun dengan ketinggian hingga 1 meter yang nantinya akan selalu dijaga oleh Pecalang (security Bali).
Fakta Unik Tradisi Mepeed di Sukawati
Tradisi Mepeed di Sukawati tak hanya diikuti oleh masyarakat desa Sukawati saja, tetapi juga diikuti oleh masyarakat dari desa Guwang. Di desa Sukawati sendiri, Mapeed dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut dalam satu kali periode. Berikut beberapa fakta unik tradidi Mepeed, Bali.
1. Dilakukan Secara Berkelompok
Bukan hanya sekedar parade tradisional, tradisi Meoeed memiliki aturan yang jelas dan wajib diikuti. Selain wajib dilakukan oleh perempuan, mepeed tidak boleh dilakukan sendirian. Pelaksanaanya harus dilakukan secara beriringan dan berkelompok.
Itulah sebabnya tradisi ini terlihat begitu menarik dan ramai. Saat tradisi ini berlangsung, Anda akan melihat sekelompok wanita cantik berjalan dalam satu baris dengan membawa gebogan yang disusun secara rapi dengan ketinggian hingga 1 meter.
Untuk pelaksanaannya tradisi ini dilakukan secara 2 gelombang. Gelombang pertama adalah iring-iringan wanita pembawa sesajen bagi kelompok masyarakat daerah bagian barat desa (tempek kauh). Sedangkan gelombang kedua dilakukan oleh warga dari area timur (tempek kangin).
2. Bentuk Rasa Syukur
Gebogan yang disusun tinggi menjulang hingga mencapai 1 meter dibuat dalam berbagai jenis bentuk. Umumnya jenis gebogan yang digunakan adalah buah-bahan dan aneka jajanan tradisional Bali. Tak hanya disusun dengan rapi, gebogan juga dihias dengan cantik menggunakan hiasan daun janur.
Adapun makna dari iring-iringan kedatangan para wanita mepeed merupakan wujud rasa syukur dan ucapan terimakasig serta rasa kebahagiaan atas segala yang didapatkan selama ini. Persembahan tradisi mepeed ditujukan secara khusus untuk Sang Hyang Widhi Wasa yang merupakan sosok persembahan bagi umat Hindu Bali.
Gebogan dibawa dan ditempatkan di atas kepala tanpa goyah dan jatuh hingga ke pura kahyangan desa. Setelah sampai di pura gebogan harus menjalani proses sarana penyucian oleh pihak pemangku setempat. Setelah itu barulah proses persembahyangan dimulai.
3. Menggunakan Busana Menarik
Selain gebogan, hal menarik lainnya dari tradisi mepeed di Sukawati lainnya adalah menggunakan busana menarik yang telah dimodifikasi secara modern. Jika dulu para pembawa gebogan hanya menggunakan kain kombinasi kuning dan putih, sekarang mereka menggunakan busana payas agung, lengkap dengan hiasan bunga di bagia kepala hingga menutupi kaki.
Selain wanita, pria juga ditambahkan dengan perlengkapan aksesoris kadutan (keris) yang diletakkan di kamben. Dan menggunakan penutup kepala yang terbuat dari kulit sapi dengan warna emas. Kini busana tradisi mapeed sudah dimodifikasi agar lebih minimalis dan tidak terkesan ketinggalan zaman, tetapi tetap memberikan kesan tradisional. Tentunya keseluruhan busana ini tetap mengadopsi gaya kerajaan Bali zaman dulu.
Itulah informasi seputar tradisi Mepeed di Sukawati, Bali. Jika tertarik melihat tradisi ini, Anda harus datang saat momen-momen spesial. misalnya 10 hari sesudah Hari Raya Kuningan atau saat pelaksanaan upacara Piodalan.