Apa Itu Tradisi Mekotek: Sejarah, Makna, dan Tata Cara
Bali terkenal dengan tradisi, adat, serta budaya yang sangat kental. Tidak heran, jika Pulau Dewata ini menyimpan berbagai macam keindahan dan keunikan. Jika berkunjung ke Bali, Anda harus menyempatkan diri melihat berbagai tradisi dan adat istiadatnya. Salah satu yang menarik adalah tradisi Mekotek. Apa itu tradisi Mekotek? Artikel ini membahasnya lengkap!
Apa Itu Tradisi Mekotek?
Tradisi Mekotek juga dikenal dengan nama Gerebek Mekotek. Biasanya, tradisi Mekotek diselenggarakan oleh masyarakat Desa Munggu, Mengwi, Badung, Bali. Pelaksanaan tradisi Mekotek menjadi salah satu rangkaian untuk memperingati Hari Raya Kuningan oleh umat Hindu di Bali.
Tradisi Mekotek atau Gerebek Mekotek menggunakan tongkat panjang berjumlah puluhan sampai ratusan. Tongkat-tongkat tersebut membentuk formasi seperti piramid yang menjulang tinggi. Istilah tradisi Mekotek berasal dari suara “tek tek tek” ujung tongkat yang saling beradu.
Masyarakat Hindu yang biasanya membawa tongkat adalah pemuda. Tongkat tersebut memiliki panjang 2 sampai 3 meter. Masyarakat menyebut tongkat untuk tradisi Mekotek dengan nama pulet.
Sejarah Tradisi Mekotek
Apakah Anda penasaran dengan sejarah tradisi Mekotek? Sejarah tradisi ini dimulai pada masa Kerajaan Mengwi. Pada masa itu, prajurit Kerajaan Mengwi pulang dari pertempuran melawan Kerajaan Blambangan di Jawa.
Tradisi Mekotek dilakukan untuk menyambut para prajurit yang telah memenangkan pertempuran. Pada masa Belanda tradisi Mekotek dihentikan karena Belanda takut terjadi pemberontakan.
Namun tradisi ini kembali diselenggarakan setelah terjadi wabah penyakit. Tradisi dilaksanakan dengan tujuan untuk tolak bala. Setelah melangsungkan tradisi Mekotek, wabah penyakit pun bisa teratasi.
Sekarang masyarakat Bali menggunakan kayu pada tradisi Mekotek. Namun di masa lalu, mereka menggunakan besi. Besi-besi tersebut membakar semangat juang untuk ke medan perang atau ketika pulang dari medan perang.
Makna Tradisi Mekotek
Sudah mulai paham apa itu tradisi Mekotek? Namun belum lengkap rasanya apabila Anda tidak mengetahui makan dari tradisi satu ini. Ternyata, tradisi Mekotek dilaksanakan bukan tanpa alasan. Setidaknya ada tiga makna tersirat dari pelaksanaan tradisi Mekotek.
1. Penghormatan Pada Jasa Pahlawan
Tradisi Mekotek merupakan peringatan atas kemenangan perang Kerajaan Mengwi. Oleh sebab itu, tradisi ini menjadi bentuk penghormatan pada jasa pahlawan.
Selain itu, alasan tradisi Mekotek dilakukan pada Hari Raya Kuningan yaitu karena Raja melakukan semedi tepat di hari yang sama. Semedi dilakukan sebelum bala tentara melawan Kerajaan Blambangan.
2. Penolakan Bala
Tradisi Mekotek juga menjadi penolak bala. Masyarakat meyakini melaksanakan tradisi bisa memberikan keselamatan, kesuburan, dan kemakmuran di Desa Munggu.
3. Alat Pemersatu Warga
Makna terakhir yaitu menjadi alat pemersatu warga, khususnya pemuda Munggu. Saat akan melaksanakan tradisi Mekotek, para pemuda hanya akan melakukan kegiatan positif. Selain itu, mereka akan menjauhi hal-hal negatif seperti minuman, ugal-ugalan, dan lain sebagainya. Masyarakat akan bersatu saat melaksanakan kegiatan tradisi Mekotek.
Waktu Pelaksanaan Tradisi Mekotek
Masyarakat Bali menyelenggarakan tradisi Mekotek setiap 210 hari, tepatnya pada Sabtu Kliwon. Tradisi ini juga bertepatan dengan perayaan Hari Raya Kuningan. Semua masyarakat Desa Munggu sangat antusias untuk tradisi Mekotek.
Setiap pelaksanaan, setidaknya lebih dari 2.000 peserta ikut berpartisipasi. Pesertanya berasal dari usia yang sangat beragam. Mulai dari 12 sampai dengan 60 tahun. Oleh sebab itu, tradisi sangat meriah dan selalu dinanti-nanti masyarakat.
Tata Cara Tradisi Mekotek
Peserta yang mengikuti tradisi Mekotek harus menggunakan pakaian adat madya yaitu kancut dan udeng batik. Selanjutnya, peserta akan berkumpul di Pura Dalem Munggu. Mereka akan melaksanakan sembahyang dan rasa syukur atas hasil perkebunan.
Setelah sembahyang, peserta melakukan pawai menuju sumber air di Desa Munggu. Peserta pawai yang berjumlah ribuan akan dibagi menjadi kelompok-kelompok beranggotakan 50 orang.
Pada setiap pertigaan, kelompok akan menggabungkan kayu-kayu. Mereka selanjutnya memutari kayu dan berjingkrak menggunakan iringan gamelan. Tidak heran jika tradisi Mekotek menjadi tradisi yang begitu meriah.
Nah, apakah Anda sudah paham apa itu tradisi Mekotek? Salah satu tradisi yang ada di bumi Bali ini memang sangat menarik. Jika penasaran ingin menyaksikannya secara langsung, Anda bisa berkunjung ke Bali di waktu yang tepat. Semoga informasi mengenai tradisi Mekotek di atas bermanfaat.