Banten Ngulapin Sebagai Upacara Kembalikan Bayu dan Seimbangkan Catur Sanak
Banyaknya tradisi di Bali tentu masing-masing memiliki makna tersendiri. Salah satu tradisi tersebut yaitu Banten Ngulapin yang juga mempunyai banyak filosofi di dalamnya. Upacara ini memang sering dilakukan saat seseorang mengalami keapesan atau musibah di jalanan. Sebetulnya ngulapin berasal dari kata ulap yang dalam bahasa Jawa artinya silau. Dalam hal ini silau yang dimaksud yaitu seperti keadaan mata yang saat menatap sinar matahari. Jika dijadikan kata majemuk maka menjadi ula-ulap dalam bahasa Bali artinya sebuah alat yang bentuknya bujung sangkar atau empat persegi panjang dan dibuat dari secarik kain putih bertuliskan huruf-huruf keramat yang berkekuatan magis.
Secara lebih jelasnya dalam sastra di jelaskan bahwa ulap-ulap biasanya diletakkan di halaman depan di sebuah bangunan serta di bawah atap di kolong rumah dan ketika upacara ngulap ngambe bangunan tersebut. Artinya untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa jika terdapat unsur-unsur ingin mengganggu maka akan menjadi silau. Silau tersebut membuat unsur-unsur sulit menggangu manusia.
Upacara ngulapin adalah bagian dari upacara Manusa Yadnya yang dilakukan sebagai upaya menormalisasikan kehidupan seseorang sesudah mengalami kejadian mengerjutkan. Kejadian yang dimaksud tersebut yaitu kecelakaan atau masalah lainnya. Bila dibiarkan tanpa adanya upacara maka bisa membuat kehidupan orang tersebut menjadi tak normal seperti kebingungan dan membuat gila. Tak heran jika upacara ngulapin sering dilakukan saat seseorang mengalami kecelakaan. Dimana kecelakaan tersebut menyebabkan terjadinya benturan sehingga bayu dalam diri manusia menjadi terlepas. Hal ini bisa berdampak negatif sebab bayu mempunyai peran yang penting untuk penggerak kehidupan manusia.
Melalui upacara ngulapin ini diharapkan bisa mengembalikan bayu agar hidup orang tersebut dapat normal kembali seperti semula. Upacara ngulapin dapat dilaksanakan di perempatan terdekat dengan tujuan untuk memanggil bagian diri yang telah tertinggal di tempat kejadian. Tetapi tidak jarang masyarakat melakukan upacara ini pada tempat kejadian kecelakaan. Selain itu upacara ini juga bisa dilakukan sebagai penyeimbang empat saudara di dalam diri manusia yang dikenal dengan sebutan catur sanak. Adapun catur sanak tersebut terdiri dari Anggapati, Banaspati, Banaspati Raja dan Prajapati.
Dalam kondisi terkejut akibat kecelakaan maka keempat saudara tersebut menjadi tidak seimbang. Dengan upacar ngulapin maka keseimbangan dalam diri seseorang bisa dikembalikan. Upacara ini juga bisa menghilangkan trauma seseorang yang sudah mengalami kecelakaan maupun kejadian yang mengejutkan. Dengan begitu maka orang tersebut bisa kembali beraktivitas sebagaimana mestinya.
Tidak hanya sebagai upacara bagi orang yang kecelakaan, upacara ngulapin di Bali juga mempunyai tujuan lain yaitu ngulapin pitra yang dilakukn sebelum pengabean yang bertujuan mencari galih atau tulang untuk diaben. Upacara ini hanya khusus dilakukan bila mayat seseorang yang sudah dikubur dulu sebelum diaben. Kemudian Ngulapin Pretima bagi pretima yang pernah jatuh baik disebabkan oleh disenggol binatang saat upacara tersebut dilakukan. Selain itu dapat juga dilakukan karena tempatnya yang tidak dibawa oleh manusia. Pratima yang sudah pernah dicuri juga wajib diupacarai ngulapin karena pratima tersebut dianggal sudah sial sehingga membuat aura magisnya meninggalkan pratima tersebut.
Di Bali upacara ngulapin ini memiliki banyak versi mengenai tetandingan banten pangulapan. Tentunya hal tersebut berhubungan dengan Sima, Dresta atapun kebiasaan masyarakat padasebuah daerah. Tetapi upacara pangulapan ini akan dipuput oleh pemangku dan di beberapa daerah cukup dilakukan oleh tertua kelurga saja. Untuk banten pangulapan tersebut biasanya memakai dasar tempeh, bagian atasnya menggunakan taledan gede dengan buah-buahan, tumpeng kecil 11 biji di atas ceper, untek 22 biji, daksina 1, kojong rangkadan dan lain sebagainya.
Melalui penjelasan di atas tentu membuat anda semakin tahu mengenai banten ngulapin. Dimana banten ini memiliki makna dan komponen yang penting sehingga begitu penting untuk dilaksanakan bagi umat Hindu Bali.